RSS

Latihan Sesorah yuk :)


Pidato atau sesorah itu berbicara didepan banyak orang dengan tujuan tertentu. Orang yang melakukan sesorah disebut pamedhar sabda. Sesorah didepan banyak orang itu tidak gampang, oleh karena itu, harus banyak latihan.

Menurut tujuannya sesorah ada 4 jenis, yaitu :
1.      Persuasif    : ajakan
2.      Argumentatif        : meyakinkan pendengar
3.      Informatif  :memberi informasi
4.      Deskriptif : memberikan gambaran

Ada 4 metode pidato / sesorah, yaitu :
1.      Metode menghafal
Pidato model iini sebelumnya sudah membuat naskah pidato secara lengkap, kemudian dihafalkan dari awal sampai akhir.
2.      Metode naskah / teks
Pidato dengan cara ini, pamedhar sabda membawa naskha atau teks kemudian dibacakan, tidak dihafalkan.
3.      Metode ekstemporan
Metode ini pamedhar sabda membuat catatan kecil. Isinya yaitu kerangka atau inti dari pidato tersebut. Catatan ini untuk mengingatkan urutan yang akan dipidatokan.
4.      Metode dadakan atau impromptu
Pidato cara dadakan seperti ini tidak disiapkan sebelumnya. Pamedhar sabda harus mempunyai pengalaman dan pengetahuan, juga harus mempunyai keterampilan berbicara didepan orang banyak.

Urut-urutan pidato
1.      Salam pembuka
2.      Pembukaan, yaitu menunjukan puja puji terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan berterima kasih kepada orang-orang, dan yang membantu jalannya acara.
3.      Isi pidato
4.      Kesimpulan, inti sari dari pidato
5.      Pengharapan, yaitu hal-hal yang diinginkan oleh pamedhar sabda kepada para pendengar.
6.      Penutup, yaitu berterima kasih dan minta maaf apabila ada kesalahan pada saat pidato.

Contoh pidato/sesorah

Pidhato Tanggap Warsa

Assalamu’alaikum wr. wb.
Bapak/Ibu/para sedherek, mliginipun Adimas Aditya, kula dherek mangayubagya anggen panjenengan tanggap warsa ingkang kaping 17, mugi Gusti Ingkang Maha Agung kaparenga paring panjang yuswa dhumateng panjenengan, rinengga endah edining ngamal sae, resik saking tindak ingkang cineda.
Anakmas Adimas Aditya saha para tamu kakung miwah putri ingkang dhahat kinurmatan.
Kanugrahan wanci, umur punika sabin saumpamanipun. Tiyang mardika suka taneman ing sabin wau, boten wonten awisanipun. Namung Pangeran Ingkan Murbeng Dumadi paring ancer-ancer tuwin pemut. Sinten kemawon ingkang nanem badhe ngundhuh. Amargi tiyang punika titahing Gusti ingkang panirangan sipat sampurna tinimbang titah-titah sanesipun.
Punapa wonten. Mila panggih nalar, supados benjing ngundhuh kesaenan tuwin sekeca, mila kedah manen  kasaenan. Kasaenan ingkang tumuju dhateng ingkang nitahaken, inggih punika Gusti Allah SWT. Kasaenan dhumateng sesame titahing Gusti. Kekalihipun kedah sarimbit, boten saged uwal satunggal saking satunggalipun.
Punapa perlunipun kita sami hamengeti tanggap warsa? Boten sanes kita badhe milang-milang mangsa. Setaun sepisan kawilang, punapa ingkang sampun katanem ing pesabinan salebeting setunggal taun, sepinten kathahing tetuwuhan ingkang katanem? Kawilang-wilang ngamal awon punapa ingkang nate kita tindakaken.
Ngamal sae punapa ingkang sampun katindakaken, taun candhakipun kados pundi?kosok wangsulipun, ngamal awon sageda dipunsingkiri.
Menawi tetela mekaten, mila jejering tanggap warsa punika kangge milang tumindak ingkang sampun kepengker. Mila sinaosa boten kanthi ngawontenaken pahargyan, tetep ngawontenaken tanggap warsa.
Para rawuh, mliginipun Adimas Aditya.
Kula nyenyadhang, mugi-mugi tanggap warsa  punika saged nglenggahi wos  wigatosipun, langkung-langkung tanggap warsa Adimas Aditya ingkang kaping  17, adimas sampun ngancik diwaswa. Mugi-mugi ing kadiwasan punika, adit saged ngisi gesang  kanthi kesaenan. Boten ateges lajeng milah lan milih ingkang sae.

Mekaten atur kula ing pahargyan punika. Mugi-mugi atur kula punika wonten gina paedahipun. Mbokbilih wonten atur saha patrap kula ingkang boten nuju prana, inggih awit cupeting seserepan kula ing reh subasita, basa tuwin sastra. Kaparenga panjenengan sedaya paring agunging pangaksami. Wassalamu’alaikum wr.wb.

Ayo Sinau Aksara Jawa :)

Aksara Jawa, atau dikenal juga sebagai Hanacaraka dan Carakan, adalah salah satu aksara tradisional Nusantara yang digunakan untuk menulis bahasa Jawa. dibawah ini akan diuraikan satu persatu untuk memudahkan menghafal aksara Jawa :)

1. Huruf Dasar (Aksara Nglegena) Aksara Nglegena adalah aksara inti yang terdiri dari 20 suku kata atau biasa disebut Dentawiyanjana, yaitu:


2. Huruf Pasangan (Aksara Pasangan) Aksara pasangan dipakai untuk menekan vokal konsonan di depannya. Misal, untuk menuliskan mangan sega (makan nasi) akan diperlukan pasangan untuk “se” agar “n” pada mangan tidak bersuara. Tanpa pasangan “s” tulisan akan terbaca manganasega (makanlah nasi). Berikut daftar Aksara Pasangan:




3. Huruf Utama (Aksara Murda) Aksara Murda yang digunakan untuk menuliskan awal kalimat dan kata yang menunjukkan nama diri, gelar, kota, lembaga, dan nama-nama lain yang kalau dalam Bahasa Indonesia kita gunakan huruf besar. Berikut Aksara Murda serta Pasangan Murda:


4. Aksara swara adalah huruf hidup atau vokal utama: A, I, U, E, O dalam kalimat. Biasanya digunakan pada awal kalimat atau untuk nama dengan awalan vokal yang mengharuskan penggunakan huruf besar.




5. Huruf vokal tidak mandiri (Sandhangan) Berbeda dengan Aksara Swara, Sandangan digunakan untuk vokal yang berada di tengah kata, dibedakan termasuk berdasarkan cara bacanya.



6. Huruf tambahan (Aksara Rekan) Aksara Rekan adalah huruf yang berasal dari serapan bahasa asing, yaitu: kh, f, dz, gh, z



7. Tanda Baca (Pratandha) Dalam penulisan kalimat dalam Aksara Jawa dibutuhkan pula pembubuhan tanda baca, yang berbeda-beda dalam penggunaannya




Selain huruf, Aksara Jawa juga punya bilangan (Aksara Wilangan)




Macapatan Biar Asik :D


     Menurut Wikipedia, macapat adalah tembang atau puisi tradisional Jawa. Setiap bait macapat mempunyai baris kalimat yang disebut gatra, dan setiap gatra mempunyai sejumlah suku kata (guru wilangan) tertentu, dan berakhir pada bunyi sanjak akhir yang disebut guru laguBiasanya macapat diartikan sebagai maca papat-papat (membaca empat-empat), yaitu maksudnya cara membaca terjalin tiap empat suku kata.

Patokan guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu pada tembang macapat 

a. Maskumambang : 12i, 6a, 8i, 8a.


b. Pucung : 12u, 6a, 8i, 12a.


c. Gambuh : 7u, 10u, 12i, 8u, 8o.

d. Megatruh : 12u, 8i, 8u, 8i, 8o.

e. Mijil : 10i, 6o, 10e, 10i, 6i, 6u.

f. Kinanthi : 8u, 8i, 8a, 8i, 8a, 8i.

g. Durma : 12a, 7i, 6a, 7a, 8i, 5a, 7i.

h. Pangkur : 8a, 11i, 8u, 7a, 12u, 8a, 8i.

i. Asmarandana : 8i, 8a, 8e (8o), 8a, 7a, 8u, 8a.

j. Sinom : 8a, 8i, 8a, 8i, 7i, 8u, 7a, 8i, 12a.

k. Dhandhanggula : 10i, 10a, 8e, 7u, 9i, 7a, 6u, 8a, 12i, 7a.

Urutan, Arti dan Watak Tembang Macapat akan saya berikan di bawah ini:

1. Maskumambang (dalam kandungan)

Dalam bahasa jawa "kumambang" yang berarti mengambang. Menggambarkan bayi manusia yang masih mengambang di perut ibunya. Watak lagu ini nelangsa lan keranta-ranta

2. Mijil (lahir)

Dalam bahasa jawa "mijil, mbrojol, mencolot" yang berarti muncul atau keluar. Menggambarkan kelahiran bayi. Watak lagu ini asih lan tresna.

3. Sinom (muda)

Dalam bahasa jawa "kanoman" yang berarti muda atau usia muda. Menggambarkan cerita masa muda yang indah, penuh dengan harapan dan angan-angan dan mencari ilmu untuk mewujudkannya. Watak lagu ini grapyak lan renyah.


4. Kinanthi (tuntunan)
Dalam bahasa jawa "kanthi" yang berarti tuntunan atau dituntun untuk menggapai masa depan. Menggambarkan masa di mana manusia membentuk jatidiri dan meniti jalan menuju cita-cita.

5. Asmarandana (asmara)

Dalam bahasa jawa "tresna" yang berarti cinta atau kasmaran. Menggambarkan masa di mana manusia dirundung asmara, dimabuk cinta, ditenggelamkan dalam lautan kasih. Watak lagu ini sengsem.


6. Gambuh (kecocokan)
Dalam bahasa jawa "jumbuh atau sarujuk" yang berarti cocok. Menggambarkan komitmen manusia yang sudah menyatakan cinta dan siap untuk berumah tangga. Watak lagu ini kulina lan nepung-nepungke.

7. Dhandhanggula (senang)

Dalam bahasa jawa "kasembadan" yang berarti kesenangan. Menggambarkan keberhasilan membina rumah tagga dan cita-cita yang tercapai. Watak lagu ini luwe lan ngresepake.

8. Durma (dermawan)

Dalam bahasa jawa "darma aatau weweh" yang berarti dermawan dan senang bersedekah. Menggambarkan wujud dari rasa syukur kepada Allah yang telah memberikan semua yang terbaik. Watak lagu ini nesu lan muntab.

9. Pangkur (menjauhi hawa nafsu)

Dalam bahasa jawa "mungkur" berarti menjauhi. Menggambarkan manusia yang menyingkirkan hawa nafsu angkara murka, nafsu negatif yang menggerogoti jiwanya. Watak lagu ini sereng lan tegas.

10. Megatruh (kematian)

Dalam bahasa jawa "megat roh" yang berarti keluarnya roh. Menggambarkan terlepasnya roh atau kematian manusia. Watak lagu ini nglara lan sedih.

11. Pocung (dibungkus mori putih)

Dalam bahasa jawa "pocong" yang berarti sudah dibungkus. Menggambarkan kematian manusia lalu dimandikan, dishalatkan, dan siap dikuburkan. Watak lagu ini sembrana, gecul, ora ana greget saut.
Copyright 2009 Catatan Si Septong. All rights reserved.
Bread Machine Reviews | watch free movies online by Blogger Templates